Salah
satu hal yang sangat saya sukai dari sejarah adalah saya selalu bisa bebas
berimajinasi. Imajinasi yang bukan melulu tentang hal-hal aneh, tapi imajinasi
yang menurut saya lebih bermanfaat. Seperti membayangkan mengenai lokasi-lokasi
bersejarah.
Kembali
ingin mengingat pertengahan 2016 yang lalu, saya dan teman-teman pernah mengunjungi Kota Surakarta untuk mencari
tempat bersejarah yang bisa mendukung mata kuliah konservasi kesejarahan kami.
Bercerita
sedikit mengenai mata kuliah konservasi yang menghabiskan banyak uang, tenaga,
dan pikiran kami. Proses pencarian lokasi membuat kami mengunjungi beberapa
kota di sekitaran Jawa Tengah. Sebut saja Kudus, Surakarta, Semarang, Magelang,
hingga akhirnya berujung pada Kendal. Mata kuliah paling menarik sepanjang masa
perkuliahan saya. Sebab, kami harus mencari hal-hal yang sekiranya layak untuk
dikonservasi keberadaannya dan termasuk dalam golongan Cagar Budaya.
Pencarian
kami selama beberapa bulan sempat singgah pada “Ndalem Suryohamijayan” atau
salah satu rumah pangeran di kawasan Kraton Surakarta. Tidak jauh berbeda
dengan Ndalem pangeran yang lainnya. Rumah ini dibangun pada tahun 1919
berdasarkan arsitektur Jawa yang terdiri dari kuncungan, pendopo, pringgitan,
ndalem, dan gadok. Bayangan mengenai kemegahan zaman Kraton masih seperti
dahulu terasa lekat pada kemisteriusan bangunan ini.
Kalau
saya boleh hiperbola, maka bangunan “rumah” ini lebih layak disebut satu
kompleks perkampungan sendiri. Bahkan, pada saat itu saya dapat menemukan kebun
di dalam rumah (atau ini karena rumah tersebut sudah terbengkalai beberapa
lama). Menarik, misterius, sekaligus sangat megah. Kesan yang datang sekaligus
terasa pada diri saya saat memasuki Ndalem Suryohamijayan.
Penjaga
Ndalem Suryohamijayan pun menjelaskan bahwa di latar depan seringkali digunakan
sebagai tempat melaksakan pentas tari, hingga sekarang pun satu set gamelan
masih tertata rapi. Beliau juga bercerita mengenai kehidupan Pangeran
Suryohamidjojo dan keluarga pada masa lalu. Ketika orang-orang harus laku dhodhok atau jalan jongkok jika
ingin menuju dalam rumah.
Ndalem
Suryohamijayan juga dilengkapi dengan kandang kuda yang mewah, lapangan tenis,
serta lapangan panahan. Fakta yang lebih
membanggakan mengenai Ndalem Suryohamijayan adalah penggunaannya sebagai lokasi
penyelenggaraan cabang olahraga tenis pada PON I. Bahkan karena ketertarikannya
yang besar dan juga pengaruhnya, Pangeran Suryohamidjojo juga diangkat sebagai
Ketua PON I tahun 1948 yang berlokasi di Surakarta.
Sayangnya,
Ndalem Suryohamijayan sekarang ini lebih terasa seperti rumah hantu ketimbang
rumah pangeran yang sempat digunakan sebagai lokasi PON I.
Kami
juga mendapat beberapa cerita misteri di Ndalem Suryohamijayan dari keluarga
penjaga rumah.
Beberapa
ruangan di Ndalem Suryohamijayan juga masih digunakan untuk tinggal, meskipun
lokasinya sangat seadanya.
“keren
ya, di dalam rumah ada kebun!”
No comments:
Post a Comment